Jakarta - Gerak rupiah spot dalam perdagangan Rabu hari ini diperkirakan masih akan terbatas di tengah penantian pelaku pasar akan berbagai event dan rilis data penting yang mempengaruhi strategi investasi.
Momentum beli pemodal asing di pasar saham dan surat utang diharapkan bisa memberi dukungan pada rupiah untuk menguat.
Menengok sinyal pasar offshore, dini hari tadi rupiah NDF ditutup stagnan di bursa New York di kisaran Rp15.480/US$, di mana level itu lebih kuat dibanding posisi penutupan di pasar spot kemarin di Rp15.495/US$ ketika rupiah ditutup melemah 0,37%. Hal itu mengindikasikan rupiah spot hari ini mungkin masih berpeluang bergerak sedikit menguat dalam kisaran sempit.
Indeks dolar Amerika Serikat (AS) terpantau stabil di 100,6, setelah kemarin ditutup di level terlemah sejak Juli 2023. Di sisi lain, selisih imbal hasil investasi Indonesia dengan AS terpantau masih stabil di kisaran 279 bps, memberikan ruang bagi arus modal asing untuk melanjutkan reli pembelian di pasar domestik. Bila itu terjadi, rupiah bisa melanjutkan penguatan lebih lanjut.
Dalam pernyataannya di gedung parlemen kemarin, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan, bunga acuan AS, Fed fund rate, ia prediksi akan berada di level 4,25% pada akhir 2025 nanti. Sementara rata-rata pergerakan rupiah tahun depan kemungkinan akan di kisaran Rp15.300-Rp15.700/US$.
Tingkat bunga global yang lebih rendah disusul penurunan yield US Treasury, dapat memantik arus modal masuk ke Indonesia lebih besar, kata Perry. Rupiah juga akan disokong oleh pertumbuhan ekonomi domestik yang tangguh, inflasi rendah dan imbal hasil atraktif.
Mulai overbought
Mengacu pada analisis teknikal mata uang Asia
ang dilansir oleh Bloomberg, Relative Strength Index mata uang Asia saat ini telah menembus level 80, jauh di atas level yang biasanya dianggap overbought.
Hal itu mungkin menjadi sinyal bahwa reli rajam penguatan mata uang Asia kini mulai kehilangan momentum, seiring sudah pudarnya tuah dari pidato Jerome Powell, Gubernur Federal Reserve, yang memantik euforia pasar sejak Jumat.
"Kami memperkirakan sebagian besar mata uang Asia akan mengalami kenaikan lebih lanjut dari waktu ke waktu, meskipun reli terbesar mereka mungkin sekarang sudah berlalu," tulis Capital Economics dilansir oleh Bloomberg. "Menurut kami dorongan dari suku bunga relatif mungkin telah mencapai puncaknya."
Namun, beberapa mata uang mungkin masih memiliki ruang untuk naik lebih tinggi dari yang lain.
"Kecuali terjadi guncangan pada ekonomi global dan pasar keuangan, menurut kami tepat untuk menilai apakah mata uang Asia seperti rupiah dan peso Filipina dapat memulihkan lebih banyak kerugian mereka pada 2022-2023 seperti ringgit dan, sampai batas tertentu, baht," kata Philip Wee, kepala strategi mata uang senior di DBS.
Selisih imbal hasil RI dengan AS masih tertahan di kisaran 279 bps, sedikit lebih lebar dibanding 260 bps di awal kuartal ini, mengindikasikan ruang kenaikan arus modal asing yang sudah berlangsung beberapa pekan ini masih bisa berlanjut.
Arus modal asing
Pemodal asing tercatat membukukan lonjakan minat di pasar surat utang domestik dalam beberapa pekan terakhir dengan mencatat pembelian bersih selama 12 hari perdagangan tanpa putus.
Namun, setelah memborong sebesar Rp9,59 triliun pada 22 Agustus lalu, pembelian sehari terbesar dalam lima tahun terakhir, nilai pembelian asing menurun jadi Rp3,78 triliun keesokan harinya.
Meski melambat, nilai pembelian itu asing selama bulan ini saja sudah mencapai US$2,5 miliar month-to-date. Sedangkan di pasar saham, pemodal asing sudah memborong US$933,8 juta saham selama bulan Agustus, nilai pembelian asing bulanan terbesar sejak April 2022 lalu, menurut data otoritas yang dikompilasi oleh Bloomberg.
Sentimen modal asing yang masih besar sepertinya masih ampuh mengerek pamor aset-aset di pasar keuangan Indonesia.
Lelang sukuk negara kemarin membukukan kenaikan incoming bids hingga 32% menjadi Rp23,88 triliun. Namun, nilai permintaan yang masuk itu jauh di bawah incoming bids dalam lelang Surat Utang Negara pekan lalu yang menyentuh level tertinggi dalam tiga tahun di angka Rp104 triliun.
Analisis teknikal
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi bangkit meski masih di kisaran sempit menuju resistance terdekat pada level Rp15.460/US$ dan Rp15.450/US$. Level Rp15.410/US$ sebagai level optimis penguatan rupiah dengan time frame daily.
Adapun rupiah memiliki level support psikologis pada level Rp15.500/US$ dan Rp15.550/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya kembali kepada level Rp15.570/US$ dalam jangka menengah.